Monday, April 11, 2016

7 Kesalahan saat menghemat BBM

Banyak cara dilakukan untuk menghemat konsumsi bahan bakar/ pemakaian BBM mobil, kesemuanya berdasarkan feeling belaka.. Kebiasaan mengemudi sangat pelan, mengemudi membuntuti mobil sampai upaya mengencerkan oli dianggap bisa menghemat BBM padahal hal ini adalah salah.
Berikut ini adalah beberapa 7 kebiasaan salah yang sering dilakukan pengemudi/ pemilik mobil demi menghemat pemakaian BBM:
Membututi mobil besar
Anggapan membuntuti mobil besar dikatakan bisa menghemat BBM dengan logika akan terhindar dari terpaan angin yang nantinya akan meringankan kerja mesin dan lebih hemat dalam pemakaian BBM....
Hal ini adalah salah besar karena membuntuti kendaraan besar dengan tujuan menghilangkan efek terpaan angin hanya efektif pada kecepatan tinggi diatas 80 km/ jam... sedangkan pada kecepatan setinggi itu maka jarak ideal dengan kendaraan di depan (mobil yang kita ikuti) adalah 53 meter; baca jarak aman mobil
Untuk kecepatan dibawah 80 km/ jam maka penghematan tidak akan terasa signifikan,,,
Sehingga bisa dikatakan ini tidak mungkin karena pada jarak ini 53 meter angin tidak bisa kita hindari, sedangkan jika kita memperpendek jarak maka resiko kecelakaan akan berlipat,,,pilih mana sedikit lebih hemat atau kecelakaan?
Melaju dengan putaran mesin (RPM) terlalu rendah
Berjalan dengan putaran mesin sangat rendah memang bisa menghemat pemakaian BBM, akan tetapi jika terlalu rendah maka justru tidak bisa menghemat BBM, mengapa? saat mobil diupayakan berjalan pada putaran mesin sangat rendah maka mobil kehilangan torsinya untuk mempertahankan kecepatan agar mobil masih bisa berjalan, nah hal ini memaksa kita untuk mau atau tidak mau menginjak gas agar mobil bergerak....pada momen mobil antara berhenti dan bergerak atau pada momen mempertahankan kecepatan saat akan berhenti inilah justru konsumsi BBM lebih boros
Berjalan pada RPM yang terlalu rendah juga menyebabkan getaran pada mesin (engine lugging), engine lugging ini berdampak pada keawetan mesin...jadi jika sering mengemudi mobil dengan RPM sangat rendah andaikata memang menghemat BBM maka mesin juga lebih tidak tahan lama dan biaya untuk perbaikan mesin juga lebih banyak dari BBM yang akan dihemat
Mengeraskan tekanan ban
Mengeraskan ban/ atau menaikkan tekanan ban memang bisa membuat mobil mudah berjalan/ memperkecil hambatan dengan aspal atau mengurangi daya cengkram ban ke aspal... hal ini membuat mobil lebih enteng tarikannya dan ujung-ujungnya menghemat pemakaian BBM
Tetapi ada dampak buruk tekanan ban berlebih antara lain:
1. Ban akan cepat habis tidak merata, jika tekanan ban besar maka ban akan cembung dan bagian tengah tapak akan lebih keluar daripada bagian pinggir tapak ban, hal ini menyebabkan bagian tengah ban akan cepat sekali habis.... ban yang salah satu bagiannya habis (tidak ada grip/ alur) sangat berbahaya digunakan (rawan meletus, bocor dan tergelincir pada musim hujan)... artinya ban ini harus diganti dan biaya mengganti ban lebih banyak dari biaya BBM yang dihemat
2. Berbahaya, selain ban mudah aus secara signifikan resiko bahaya juga sangat besar ketika ban dipompa terlalu tinggi/ keras... karena daya cengkram ban terhadap aspal berkurang maka pengereman juga makin berkurang (di rem sedikit sudah hilang keseimbangan).... potensi kecelakaan ini rasanya kurang sebanding jika dibandingkan BBM yang berhasil dihemat
Berjalan terlalu pelan
Berjalan terlalu pelan misalnya pada kecepatan dibawah 60 km/ jam di jalan bebas hambatan/ jalan tol dirasa masih belum mencapai performa yang maksimal untuk menghemat BBM karena torsi yang dikeluarkan pada kecepatan dibawah 60 km/jam di jalan bebas hambatan terlalu rendah... torsi yang rendah/ kecil membuat enargi yang digunakan untuk mempertahankan gerak/ kecepatan mobil tidak cukup dan ujung-ujungnya harus ada injakan gas untuk mempertahankan gerak.
Dari berbagai uji coba pada jalan bebas hambatan kecepatan ideal untuk mendapatkan konsumsi BBM yang baik adalah pada kecepatan 70 km/jam sampai 90 km/jam, pada kecepatan ini energi kineteik mobil masih cukup besar sedangkan hambatan berupa angin juga tidak terlalu besar... meskipun untuk pengendara yang tidak biasa pada kecepatan diatas 60 km/ jam memang lebih baik berkendara pada kecepatan ideal pengendara...karena lain orang lain pula cara berkendara dan kemampuan reflek menghindar dari bahaya (kemampuan responsif) juga berbeda-beda.
Pada jalan biasa maka kecepatan diatas 70 km/ jam kami rasa terlalu berbahaya,,, pada jalan biasa kecepatan 40-60 km/jam adalah pilihan yang bijaksana dengan mempertimbangkan jarak kendaraan lain didepan... apa lagi kondisi macet kita tidak bisa memaksakan kecepatan mobil
Menggunakan oli lebih encer
Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa dengan oli yang ender maka mesin akan lebih ringan dalam bergerak dan meringankan kinerja mesin... nah padahal mesin sebenarnya dirancang menggunakan oli dengan spesifikasi tertentu misalnya; kekentalan tertentu, zat aditif tertentu, suhu tertentu.... karena fungsi oli bukan hanya pelumasan akan tetapi sebagai pelindung mesin dari korosi, pencuci komponen mesin, pendingin mesin, pelumas mesin, dan lain sebagainya...
Nah untuk kekentalan biasanya pada mesin sudah diatur bahwa mesin ini memakai oli dengan kadar kekentalan berapa (biasanya ada stiker pada mesin), memakai oli lebih encer dari yang direkomendasikan mesin justru berakibat buruk yakni mesin menjadi lebih tidak stabil, kurang cukup melumasi komponen secara umum fungsi oli akan berkurang signifikan (tidak mampu melakukan fungsi lumbrikasi dengan baik)
Modifikasi pengapian
Hal ini kerap dilakukan misalnya mengganti kabel busi dengan yang aftermarket yang dikatakan lebih bagus atau mengganti busi, dan lain sebagainya... menurut pihak ATPM mobil bahwa menggati komponen pengapian tidak disarankan untuk mobil-mobil jaman sekarang yang sudah memakai injeksi dengan perhitungan komputer.... misalnya mengganti koil/ mengganti busi/ kabel busi dengan yang bukan orisinalnya tidak akan menghemat pemakaian BBM/ membuat mobil lebih baik, justru tak jarang bisa membuat mobil menjadi lebih buruk
Untuk mobil-mobil yang cukup uzur yang berusia diatas 20 tahun yang masih memakai pengapian lawas (platina atau koil dengan teknologi lawas) mungkin perlu dimodifikasi agar pengapian lebih bagus lagi tapi tidak untuk mobil baru karena mobil baru sudah memakai teknologi terbaru,,,,mungkin 20 tahun lagi bisa dimodif
Memakai alat penghemat bahan bakar
Nah pada beberapa kondisi banyak pengemudi menggunakan alat penghemat bahan bakar baik itu yang berupa cairan yang dimasukkan ke tempat bahan bakar (tangki BBM mobil), alat penghemat berupa magnet pada saluran bahan bakar, alat penghemat berupa keramik dan lain sebagainya...
menurut penelitian, di Indonesia tidak ada alat penghemat BBM yang teruji secara akademis mampu menghemat BBM, misalnya cairan penghemat BBM yang ada di Indonesia belum pernah di uji secara klinis/ akademis bahwa dia benar-benar mampu menghemat BBM,,, dimana selama ini adalah klaim-klaim dari pihak penjual bahwa produknya bisa menghemat BBM, padahal dari beberapa kasus produk cairan penghemat BBM ini malah bisa merusak mesin.. bayangkan mesin dimasuki cairan yang tidak tahu itu cairan apa dan bahannya apa? alhasil dalam 3 bulan pemakaian ruang bakan menjadi hancur dan banyak sekali kerak/ residu hasil dari cairan tersebut yang mengeras di ruang bakar
Alat penghemat BBM lain berupa perangkat elektronik yang ditempatkan di saluran bahan bakar dengana sumsi bisa mengingkatkan oktan BBM? nah ini salah besar karena sampai saat ini tidak ada alat penghemat BBM di Indonesia yang bisa meningkatkan oktan yang sudah diuji secara laboratoris (uji lab dengan sertifikasi)... semua hanya klaim dari penjual bahwa bisa mengingkatkan oktan dan lain sebagainya (trik mencari uang)
Alat berupa perangkat elektronik/ magnet/ keramik/ seng/ lain lain yang pemasangannya di pipa saluran bahan bakar justru berbahaya dipasang karena alat tersebut berpotensi menyumbat saluran BBM,,, nah pada pemasangannya juga berbahaya karena memasangnya dengan cara memutus slang BBM dan menyambungnya kembali, nah pada sambungan ini rawan slang sobek dan kebocoran bahan bakar

2 comments:

  1. Kalo RPM mesin idealnya berapa om? misalnya kita mau mengendarai mobil dengan kecepatan antara 50 - 70 km/jam. adakah standar rasio antara RPM dan kecepatan? sehingga pemakaian bahan bakar menjadi optimum. thanks

    ReplyDelete

Perbedaan D-Tracker dan KLX 150: Ban, Velg, Rem, Gir, Suspensi

Kawasaki KLX 150 dan D-Tracker sebenarnya adalah motor kembar baik mesin, sasis, rangka, body, desain yang mana keduanya dibangun dari plat...