www.tipsmobilbaru.blogspot.com -
Bagian 1
------------------------------------------------------(page)
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Eko Wiyono
NIM : 406413404436
Jurusan/Program Studi : Manajemen/ S1
Fakultas/Program : Ekonomi
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri; bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 15 Desember 2010
Yang membuat pernyataan,
Eko Wiyono
---------------------------------------------------- (page)
ABSTRAK
Wiyono, Eko. 2010. Perbedaan Actual Return dan Trading Volume Activity antara Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Listing di BEI Periode 2005-2008. Skripsi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. H. Agung Winarno, M.M. (II) Drs. Gatot Isnani, M.Si.
Kata kunci: stock split, actual return, trading volume activity.
Informasi menjadi bagian yang sangat penting dalam pasar modal, informasi yang masuk pasar modal dapat menyebabkan reaksi pada pasar. Stock split dilakukan perusahaan untuk menyampaikan informasi tentang prospek perusahaan di masa datang, menurunkan harga saham dan meningkatkan likuiditas (TVA) saham. Ada dua pendapat mengenai stock split, pertama stock split murni hanya sebagai kosmetik, kedua stock split dinyatakan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap saham.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (I) mengetahui perkembangan actual return sebelum dan sesudah stock split, (2) mengetahui perkembangan trading volume activity sebelum dan sesudah stock split, (3) menguji apakah ada perbedaan actual return saham dan trading volume activity saham antara sebelum dan sesudah stock split.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan stock split di BEI periode 2005-2008, pengambilan sampel dilakukan dengan purpose sampling yang didapatkan 17 perusahaan sampel. Periode pengamatan dilakukan selama 10 hari dengan 5 hari sebelum stock split dan 5 hari sesudah stock split. Data yang digunakan adalah data sekunder antara lain data harga saham harian, jumlah saham yang diperdagangkan harian, dan jumlah saham beredar pada masing-masing perusahaan yang melakukan stock split periode 2005-2008.
Pengolahan data sebagian dilakukan menggunakan Microsoft Excel.Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorof Smirnof Goooness of Fit Test (K-S), uji hipotesis untuk data yang berdistribusi normal menggunakan Paired Sample T Test, sedangkan untuk data yang tidak berdistribusi normal menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test. Di mana uji statistik baik Kolmogorof Smirnof Goooness of Fit Test (K-S), Paired Sample T Test, dan Wilcoxon Signed Ranks Test tersedia dalam fasilitas program SPSS 13.0 dan SPSS 15.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan (1) perkembangan actual return saham mengalami penurunan setelah pelaksanaan stock split (2) perkembangan trading volume activity mengalami penurunan setelah pelaksanaan stock split (3) terdapat perbedaan actual return maupun trading volume activity yang signifikan antara sebelum dan sesudah stock split.
Hasil penelitian ini mendukung beberapa penelitian yang menyatakan bahwa kebijakan stock split adalah murni merupakan kosmetika saham dan tidak memberikan keuntungan yang nyata pada investor, seperti penelitian yang dilakukan oleh Marwata tahun 2001.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan (1) bagi perusahaan tidak perlu melakukan stock split jika harga saham tidak sangat tinggi karena justru menurunkan return saham dan trading volume activity saham, (2) bagi investor harap mempertimbangkan kembali mengambil kebijakan berdasarkan aktivitas stock split karena aktivitas itu lebih pada upaya pemolesan saham, (3) bagi penelitian selanjutnya harap memperpanjang periode pengamatan sampai beberapa tahun sebelum dan sesudah stock split agar diperoleh hasil penelitian yang berbeda.
--------------------------------------------------------------(page)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “perbedaan actual return dan trading volume activity antara sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang listing di BEI periode 2005-2008”.
Penyusunan skripsi ini merupakan bantuan dari banyak pihak yang tidak mungkin selesai tanpa bantuan mereka. Pada kesempatan terakhir kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, terutama kepada:
1. Allah SWT.
2. Bapak Dr. H. Agung Winarno, M.M., selaku pembimbing I yang dengan sabar ditengah kesibukan beliau masih memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Gatot Isnani, M.Si., selaku pembimbing II yang dengan sabar beliau masih bersedia menyempatkan waktu untuk membimbing penulis membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Mugianto, S.E, M.Si., selaku penguji yang memberikan saran pada perbaikan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto. M.Ed, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang yang selalu memberikan arahan akademik kepada penulis.
6. Ibu penulis yang tak kenal lelah selalu memberikan bantuan pada penulis.
7. Alm. Ayah penulis yang banyak memberi pelajaran pada penulis.
8. Adik-adik penulis yang selalu mendukung penulis.
9. Teman-teman Fakultas Ekonomi yang selalu membantu penulis.
Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan hidayah serta perlindungan kepada kita. Kiranya dalam penyusunan skripsi ini masih ada yang kurang sempurna, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik demi sempurnanya penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Malang, Desember 2010
Penulis
--------------------------------------------------------------(page)
Riwayat hidup (biar saya sendiri yg tahu, buat sedih saya nulis...)
--------------------------------------------------------------(page)
Skripsi oleh Eko Wiyono ini
telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.
Malang,
Pembimbing I
Dr. H. Agung Winarno, M.M
NIP. 196303142001121001
Malang,
Pembimbing II
Drs. H. Gatot Isnani, M.Si
NIP. 195402141980031005
--------------------------------------------(page)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK…………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………....... x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………................. 6
C. Tujuan Penelitian………………………………………….. 6
D. Hipotesis Penelitian…………………………………………….. 6
E. Kegunaan Penelitian………………………………................... 7
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian……………… 8
1. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………. 8
2. Keterbatasan Penelitian………………………………………. 9
G. Definisi Operasional…………………………………………. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Sebelumnya…………………………………………. 12
B. Pasar Modal……………………………………………………… 15
1. Pengertian Pasar Modal……………………………………… 15
2. Bentuk Pasar Modal………………………………………….. 16
3. Peranan Pasar Modal………………………………………… 18
C. Pemecahan Saham (Stock Split)………………………………… 20
1. Pengertian Stock Split................................................................. 20
2. Tujuan Stock Split……………………………………………… 20
3. Manfaat Stock Split…………………………………………… 21
4. Teori tentang Stock Split……………………………………… 22
D. Return Saham…………………………………………………... 24
1. Pengertian Return Saham…………………………………… 24
2. Macam-macam Return ……..………………………………. 25
E. Trading Volume Activity………………………………………… 27
F. Hubungan Peristiwa Stock Split dengan Actual Return..………… 27
G. Hubungan Stock Split dengan Trading Volume Activity (TVA)… 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………………………………………… 31
B. Rancangan Penelitian………………………………………… 31
C. Periode Pengamatan…………………………………………… 32
D. Populasi dan Sampel…………………………………………… 33
1. Populasi Penelitian…………………………………………… 33
2. Sampel Penelitian……………………………………………… 35
E. Instrumen Penelitian……………………………………………… 36
F. Pengumpulan Data…………………………………………….... 37
1. Sumber dan Jenis Data …………..….………………………… 37
2. Teknik Pengumpulan Data…………………………………..... 39
G. Analisis Data…………………………………………………… 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Subyek Penelitian………………………….. 45
1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia…………………… 45
2. Gambaran Umum Obyek Sampel…………………………… 47
B. Diskripsi Data………………………………………………….. 53
1. Return Saham……………………………………………….. &nsp; 53
2. Trading Volume Activity…………………………………….. 56
C. Pengujian Normalitas…………………………………………… 60
D. Hasil Pengujian Hipotesis………………………………………. 61
1. Pengujian Perbedaan Actual Return Saham Sebelum
dan Sesudah Stock Split………………………………………. 61
2. Pengujian Perbedaan Trading Volume Activity Saham
Sebelum dan Sesudah Stock Split……………………………… 62
BAB V PEMBAHASAN
A. Kondisi Actual Return Sebelum dan Sesudah stock split pada
Perusahaan yang Listing di BEI periode 2005-2008…………….. 64
B. Kondisi Trading Volume Activity Saham
Sebelum dan Sesudah stock split pada
Perusahaan yang Listing di BEI periode 2005-2008…………….. 67
C. Perbedaan Actual Return Sebelum dan Sesudah Stock Split pada
Perusahaan yang Listing di BEI periode 2005-2008…………….. 69
D. Perbedaan Trading Volume Activity
Sebelum dan Sesudah Stock Split pada
Perusahaan yang Listing di BEI periode 2005-2008…………….. &nbbsp; 71
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………. 73
B. Saran…………………………………………………………….. 73
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………… 74
------------------------------------------------(page)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Jabaran Variabel Penelitian………………………………….. 8
2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya………..……………………. 14
3.1 Daftar Nama Perusahaan yang Menjadi Populasi Penelitian… 34
3.2 Daftar Nama Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian….. 36
3.3 Instrumen Penelitian………………………………………….. 37
3.4 Jenis dan Sumber Data .……………………………………. 38
4.1 Rata-rata Return Saham Masing-masing Perusahaan Sampel
Sebelum dan Sesudah Stock Split……………………………… 54
4.2 Hasil Perhitungan Rata-rata Return Saham Sebelum dan
Sesudah Stock Split……………………………………………. 55
4.3 Rata-rata Trading Volume Activity Saham Masing-masing
Perusahaan Sampel Sebelum dan Sesudah Stock Split………... 57
4.4 Hasil Perhitungan Rata-rata Trading Volume Activity Saham
Sebelum dan Sesudah Stock Split Per Periode…….………….. 59
4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Variabel……………………... 61
4.6 Hasil Uji Beda Actual Return Sebelum dan Sesudah
Stock Split……………………………………………………… 62
4.7 Hasil Uji Beda Trading Volume Activity Sebelum dan
Sesudah Stock Split ………………………………………….. 63
-----------------------------------------------(page)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Rancangan Penelitian…………………………………........ 31
3.2 Periode Pengamatan Penelitian Penelitian………………… 32
4.1 Grafik Pergerakan Rata-rata Return Saham untuk 17
Perusahaan Sampel Sebelum dan Sesudah Stock Split…….. 56
4.2 Grafik Pergerakan Rata-rata Trading Volume Activity
Saham untuk 17 Perusahaan Sampel Sebelum
dan Sesudah Stock Split……………………………………. 59
-----------------------------------------------(page)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Harga Saham, Jumlah Saham Beredar dan Volume
Perdagangan Saham………………………………………….. 76
2. Daftar Actual Return dan Trading Volume Activity………….. 82
3. Rata-rata Actual Return dan Trading Volume Activity………. 88
4. Hasil Uji Normalitas Data menggunakan K-S………………. 89
5. Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Actual Return Sebelum dan
Sesudah Stock Split menggunakan Paired Sample T-Test…… 90
6. Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Trading Volume Activity
Sebelum dan Sesudah Stock Split menggunakan Peringkat
Tanda Wilcoxon……………………………………………… 91
----------------------------------------------------------(page)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam investasi dewasa ini, pasar modal merupakan pilihan investasi yang menguntungkan bagi investor karena tingkat pengembalian (return) yang baik yaitu dari pembayaran deviden dan kenaikan nilai sekuritas. Pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower atau pasar modal merupakan sarana penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana (lenders) dengan pihak yang membutuhkan dana (borrowers) (Husnan, 2001:4). Meskipun fungsi pasar modal memiliki beberapa kesamaan dengan fungsi lembaga intermediasi yang lain seperti perbankan, akan tetapi ada beberapa perbedaan sehingga pasar modal menjadi alternatif pilihan investasi, antara lain dalam pasar modal memperdagangkan dana jangka panjang dan dilakukan secara langsung, tanpa perantara keuangan (Husnan, 2001:4).
Sebagai tempat bertemunya lenders dan borrowers tentunya perdagangan (permintaan dan penawaran) merupakan aktivitas utama yang ada di pasar modal. Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran saham adalah tingkat harga saham. Bila saham dinilai terlalu tinggi oleh pasar, maka jumlah permintaanya akan berkurang. Sebaliknya, jika pasar menilai bahwa harga saham tersebut terlalu rendah maka jumlah permintaannya akan meningkat. Tingginya harga saham akan mengurangi kemampuan para investor untuk membeli saham tersebut.
Hukum permintaan dan penawaran kembali akan berlaku, dan sebagai
konsekuensinya, harga saham yang tinggi tersebut akan menurun sampai tercipta
posisi keseimbangan yang baru.
Perusahaan go public, dalam hal ini yang masuk telah masuk pasar modal/ bursa saham umumnya adalah perusahaan besar yang mempunyai tingkat kesehatan keuangan yang cukup baik, dan umumnya perusahaan yang masuk bursa bertujuan untuk lebih mengembangkan usahanya dengan kemudahan akses mendapatkan dana yang lebih baik. Perusahaan yang masuk bursa saham yang saham perusahaan tersebut dimiliki oleh banyak orang dan beredar di pasar, maka mutlak yang harus dijaga adalah harga saham itu sendiri dan likuiditas saham. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan sedangkan likuiditas saham mencerminkan kemudahan perusahaan untuk mendapatkan dana segar dengan menjual atau membeli sahamnya.
Harga saham suatu perusahaan pada tingkat tertentu dapat menjadi sangat tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh karena adanya kecenderungan bahwa peru-sahaan yang bersangkutan memiliki prospek yang baik di masa datang, sehingga saham yang ditawarkan pada publik oleh perusahaan yang bersangkutan memiliki harga yang tinggi. Bagi perusahaan adanya kenaikan harga saham tersebut dapat dinilai sebagai suatu kondisi yang menguntungkan, namun pada sisi lain para investor dituntut untuk mengeluarkan tambahan modal yang cukup besar untuk dapat melakukan investasi melalui pembelian saham perusahaan tersebut.
Kenaikan harga saham yang terlalu tinggi, akan menyebabkan permin-taan terhadap pembelian saham tersebut mengalami penurunan dan pada akhirnya dapat menyebabkan harga saham perusahaan tersebut menjadi statis tidak fluktuatif lagi. Penurunan permintaan tersebut dapat disebabkan karena tidak semua investor tertarik untuk membeli saham dengan harga yang terlalu tinggi, terutama investor perorangan yang memiliki dana terbatas, yang terjadi kemudian adalah para investor akan berbalik untuk membeli saham-saham perusahaan lain.
Untuk menghindari munculnya kondisi tersebut, maka upaya yang perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah menempatkan kembali harga saham pada jangkauan tertentu. Atau dengan kata lain perusahaan harus berusaha menurunkan harga saham pada kisaran harga yang menarik minat investor untuk membeli. Salah satu langkah yang dapat diambil perusahaan agar saham yang dijual dapat menarik minat investor yaitu melalui kegiatan stock split.
Menurut Darmadji & Fakhruddin (2001:131), stock split mempunyai tujuan agar perdagangan saham menjadi lebih likuid, karena jumlah saham yang beredar akan menjadi semakin banyak serta harganya menjadi lebih murah.
Stock split merupakan perubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split factor). Pemecahan saham tersebut tidak akan mengakibatkan perubahan jumlah modal dan tidak mempengaruhi aliran kas perusahaan (Khomsiyah & Sulistyo. 2001: 388). Stock split merupakan kosmetika saham yang dilakukan perusahaan sebagai upaya pemolesan saham agar saham lebih terlihat baik di mata investor meski tidak meningkatkan kemakmuran pemegang saham (Marwata, 2001:152).
Peristiwa stock split di pasar modal dilakukan oleh para manajer perusahaan untuk menata kembali harga pasar saham. Hal ini mengindikasikan bahwa stock split merupakan alat yang penting dalam praktik pasar modal.
“Stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional” (Halim, 2003:97).
Stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga perlembar saham adalah 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian total ekuitas perusahaan yang dimiliki perusahaan tetap atau tidak mengalami perubahan, dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis (Jogiyanto, 2003:415).
Menurut Darmadji & Fakhruddin (2001: 131) “stock split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi menjadi pecahan yang lebih kecil, misalnya dari Rp 1.000 per saham menjadi Rp 500 per saham”. Menurut Halim (2003:98), stock split tidak mengubah struktur modal perusahaan, melainkan akan mengubah jumlah lembar saham (bertambah) serta nilai nominalnya (berkurang).
Tujuan dilakukannya stock split oleh emiten adalah agar sahamnya berada dalam rentang perdagangan yang optimal sehingga distribusi saham menjadi lebih luas dan daya beli investor meningkat terutama untuk investor kecil. Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan, semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan sebaliknya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik, namun bila harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham sulit untuk meningkat lagi, dalam mengantisipasi hal tersebut banyak perusahaan yang melakukan stock split. Dengan harga saham yang tidak terlalu tinggi akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.
Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan perusahaan yang baik kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan kenyataannya bahwa perusahaan yang dapat melakukan kebijakan stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja baik, jika kinerja perusahaan tersebut buruk maka perusahaan tidak akan memiliki dana untuk melakukan stock split (Jogiyanto, 2003:419).
Tindakan stock split mengakibatkan jumlah saham yang beredar bertambah, sehingga para investor yang berhubungan dengan aktivitas tersebut dapat melakukan penyusunan kembali portofolio investasinya. Penyusunan kembali portofolio tidak terlepas dari pertimbangan resiko saham yang membentuk portofolio sehingga diharapkan akan diperoleh tingkat resiko yang lebih kecil dimana investor akan memilih investasi yang mempunyai resiko terkecil bila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat return sama.
Tingkat likuiditas saham dapat dilihat dari perubahan trading volume activity. Harga saham yang lebih rendah setelah melakukan stock split menyebabkan pertemuan antara harga penawaran dan harga permintaan saham relatif cukup besar. Hal ini mengakibatkan perbedaan antara besarnya harga penawaran dan harga permintaan saham (bid-ask spread) semakin kecil, Apabila bid-ask spread suatu saham lebih rendah maka hal tersebut akan mengindikasikan likuiditas sahamnya meningkat, tetapi apabila trading volume activity menurun maka akan mengindikasikan likuiditas sahamnya menurun. Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penelitian ini berusaha untuk menganalisis perbedaan actual return dan trading volume activity antara sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang listing di BEI periode 2005-2008
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan
yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan actual return perusahaan sebelum dan sesudah stock split.
2. Bagaimana perkembangan tradhng volume activity sebelum dan sesudah stock split.
3. Adakah perbedaan actual return dan trading volume activity antara sebelum dan sesudah stock split.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui perkembangan actual return sebelum dan sesudah stock split
2. Mengetahui perkembangan trading volume activity sebelum dan sesudah stock split
3. Menguji apakah ada perbedaan actual return saham dan trading volume activity saham antara sebelum dan sesudah stock split
D. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini berdasarkan pada dua teori yang menyebabkan perusahaan termotivasi melakukan stock split, yang pertama trading range theory yang berkaitan dengan alasan likuiditas, yaitu harga saham yang rendah akan menarik minat investor untuk membeli saham, teori yang kedua adalah signaling theory berkaitan dengan sinyal positif yang ingin diberikan oleh perusahaan mengenai kinerjanya, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan actual return sebelum dan setelah perusahaan melakukan stock split.
2. Terdapat perbedaan trading volume activity sebelum dan setelah perusahaan stock split.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak, antara lain:
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pasar modal dan aktifitas di dalam pasar modal.
2. Bagi praktisi atau investor pada pasar modal
Sebagai tambahan informasi bagi para pelaku bisnis di pasar modal berkaitan dengan keputusan investasi dan kebijakan pemecahan saham.
3. Bagi institusi pendidikan, lembaga penelitian dan penelitian selanjutnya
a. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya, menjadi acuan dan bahan referensi baik untuk keperluan penelitian atau referensi akademik.
b. Dapat memperkaya wawasan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang terkait dengan investasi di bursa saham.
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian berisi variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian, dapat juga dipaparkan mengenai penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya (Universitas Negeri Malang, 2000:13). Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah bidang menajemen keuangan yang difokuskan pada kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal ini adalah pemecahan saham (stock split) dengan variabel-variabel yang akan diteliti yaitu volume perdagangan saham, dan return saham. Adapun jabaran variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1 Jabaran Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator
1. Actual return a. Actual return sebelum stock split
b. Actual return sesudah stock split Harga penutupan saham periode t dikurangi harga penutupan saham periode t-1 kemudian dibagi harga penutupan saham periode t-1
Harga penutupan saham periode t dikurangi harga penutupan saham periode t-1 kemudian dibagi harga penutupan saham periode t-1
2. Trading volume activity a. Trading volume activity sebelum stock split
b. Trading volume activity sesudah stock split Jumlah saham yang ditransaksikan pada waktu t dibagi jumlah saham yang beredar pada waktu t
Jumlah saham yang ditransaksikan pada waktu t dibagi jumlah saham yang beredar pada waktu t
2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian tidak mutlak ada dalam skripsi. Namun keterbatasan sering diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk pada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian (Universitas Negeri Malang, 2000:13). Maka penelitian ini dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut:
a. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan melakukan kebijakan stock split pada periode 1 Januari 2005- 31 Desember 2008.
b. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian tersebut hanya melakukan kebijakan stock split sebanyak satu kali dalam periode pengamatan dan tidak melakukan corporate action lainnya seperti reserve stock, warrant, right issue, stock deviden atau kebijakan lainnya yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
c. Selama periode pengamatan peristiwa selain stock split, baik secara makro (seperti tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar mata uang) maupun mikro (seperti peristiwa pemogokan karyawan, kenaikan kapasitas produksi dan kasus-kasus yang mengakibatkan kinerja perusahaan menurun) diabaikan.
d. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian tersebut mempunyai kelengkapan data yang memadai, yang dibutuhkan dalam proses analisis data penelitian.
e. Periode yang digunakan dalam penelitian adalah periode jendela (window period) selama 10 hari, yang terdiri dari 5 hari sebelum peristiwa stock split (pre event), dan 5 hari sesudah tanggal peristiwa stock split (post event).
G. Definisi Operasional
Definisi operasional diperlukan guna mempermudah pembaca untuk memahami istilah-istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Actual return
Merupakan keuntungan yang sesungguhnya terjadi atau keuntungan yang telah terjadi, yang merupakan perbandingan dari harga saham pada saat t (Pi,t) dikurangi harga saham pada saat t-1 (Pi,t-1) ditambah dengan deviden pada saat t, kemudian dibagi dengan harga saham pada saat t-1 (Pi,t-1). Adapun rumus dari actual return adalah sebagai berikut:
Ri,t = (Pi,t) - (Pi,t-1) + Dt
(Pi,t-1)
(Jogiyanto, 2003:111)
2. Trading volume activity
Merupakan penjumlahan dari setiap transaksi yang terjadi di bursa saham pada waktu dan tempat tertentu. TVA membandingkan antara jumlah saham yang diperdagangkan dalam satu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar dalam kurun waktu yang sama. Rumus dari trading volume activity atau TVA adalah sebagai berikut :
TVAi,t = Number of share of firm i trading in time i
Number of share of firm i outstanding in time i
(Muazaroh & Iramani, 2006:50)
3. Stock split
Adalah pemecahan saham ke dalam nominal yang lebih kecil pada saham sejenis dan range tertentu, atau perubahan jumlah saham yang beredar dengan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor yang telah ditentukan yaitu dengan memecah selembar saham menjadi n lembar saham.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Sebelumnya
Stock split merupakan pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar saham yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional (Halim, 2003:92). Menurut Darmadji & Fakhruddin (2001:131) “stock split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil”. Menurut Halim (2003:92) dengan stock split pemegang saham harus menukarkan sahamnya dengan saham baru yang memiliki nilai nominal yang lebih rendah. Sebab setelah batas waktu penukaran terlampaui maka saham nilai nominal lama tidak bisa diperdagangkan di bursa.
Kurniawati (2003) mengadakan penelitian yang berjudul “Analisis Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham: Studi Empiris pada Non-Synchronous Trading” dengan variabel yang diteliti meliputi kandungan informasi saham yang diukur dengan abnormal return, dan likuiditas saham yang diukur dengan resiko sistematis (beta), bid-ask spread, dan volume perdagangan saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan informasi stock split menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap abnormal return dan dari pengujian likuiditas saham hanya beta saja yang memiliki perbedaan yang signifikan, sedangkan volume perdagangan dan bid-ask spread meskipun berbeda tetapi tidak signifikan.
Wang Sutrisno, dkk (2000) melakukan penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap likuiditas dan return saham di Bursa Efek Jakarta. Sampel terdiri dari 15 perusahaan yang melakukan stock split tahun 1995-1997. Dengan menggunakan Paired Sample T-Test hasil penelitian ini menunjukkan harga saham, volume perdagangan dan bid ask spread menunjukkan perbedaan yang signifikan sedangkan varians dan return tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dari hasil uji regresi berganda hasil penelitian ini menunjukkan harga, volume perdagangan dan varians tidak berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread sebelum dan sesudah stock split.
Akmila, F & Kusuma (2003) melakukan penelitian dengan judul The Effect of Stock Splits on The Stock Liquidity. Penelitian ini mengukur likuiditas saham dengan menggunakan harga saham, trading volume activity dan bid-ask spread dan kemudian mengukur pengaruh harga saham dan trading volume activity terhadap bid-ask spread. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 50 perusahaan sampel yang listing di BEJ pada tahun 1995-1999. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: apakah pengumuman stock split berpengaruh terhadap harga saham, trading volume activity dan bid-ask spread. Penelitian ini menyimpulkan likuiditas saham menurun setelah stock split, harga saham dan trading volume activity berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya
Nama Peneliti Judul Analisis Data Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Sebelumnya
Wang Sutrisno. Dkk. (2000) Pengeruh Stock Split terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta -Paired sample t-tes.
-Regresi berganda -Harga saham, volume perdagangan dan bid ask spread menunjukkan perbedaan yang signifikan sedangkan varians dan return tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
-Harga, volume perdagangan, dan varians tidak berpengaruh signifikan terhadap bid ask spread
Tahun dan Sampel Penelitian,
Analisis Data
Akmila, F. dan Hadri, K. (2003) The Effect of Stock Splits on The Stock Liquidity -Paired sample t-tes.
-Regresi berganda Likuiditas saham menurun setelah stock split Variabel Penelitian, Tahun dan Sampel Penelitian, Analisis Data
Kurniawati, I. (2003) Analisis Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham : Studi Empiris pada Non-Synchronous Trading -Paired sample t-tes.
Abnormal Return pada saat sebelum dan sesudah stock split tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5%
Volume perdagangan diperoleh probabilitas value lebih besar dari tingkat signifikasi 5% (0,052) sehingga disimpulkan terdapat perbedaan volume perdagangan tetapi tidak signifikan pada saat sebelum dan setelah stock split. Terdapat perbedaan bid ask spread tetapi tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan likuiditas saham setelah stock split Variabel Penelitian, Tahun dan Sampel Penelitian, Analisis Data
B. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta, pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pada pasar keuangan. (Husnan, 2001:3)
Pasar modal merupakan tempat bagi pelaku pasar, yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus found) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, perusahaan yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal.
Menurut Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 ayat 13 menyatakan bahwa pasar modal adalah “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan efek yang berkaitan dengan efek”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal sebagai wahana penyaluran dana melalui penawaran umum dan perdagangan efek. Selain itu pasar modal adalah sistem untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut.
2. Bentuk Pasar Modal
Pasar modal berdasarkan tempat transaksi dan proses penyelenggaraan transaksi dibedakan menjadi:
a. Berdasarkan tempat kejadian transaksi:
1) Pasar perdana (primary market)
Merupakan penawaran saham dari emiten kepada investor selama waktu yang telah ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. harga saham di pasar ini ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang menerbitkan saham (emiten).
2) Pasar sekunder (secondary market)
Merupakan perdagangan saham setelah melewati penawaran di pasar perdana. Jadi pasar sekunder merupakan pasar dimana saham dan sekuritas lainnya diperjualbelikan secara luas setelah melalui pasar penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh pemerintah dan penawaran antara pembeli dan penjual menurut mekanisme pasar.
3) Pasar ketiga (third market)
Merupakan tempat perdagangan saham di luar bursa (over the counter market). Di Indonesia pasar ini disebut pasar pararel yang diatur dan diselenggarakan oleh Perserikaan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE), diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
4) Pasar keempat (fourth market)
Merupakan suatu bentuk perdagangan efek antar investor, berupa pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek atau lembaga lainnya.
b. Berdasarkan Proses Transaksi
1) Pasar spot
Merupakan pasar keuangan yang memperdagangkan sekuritas untuk diserahkan secara langsung artinya jika seseorang membeli suatu jasa-jasa finansial maka pada saat itu juga akan menerima juga yang dibeli.
2) Pasar future atau forward.
Merupakan pasar keuangan yang menyerahkan sekuritas dilakukan pada waktu yang akan datang sesuai dengan kesepakatan.
3) Pasar opsi
Merupakan pasar keuangan yang memperdagangkan hak untuk menentukan pilihan (menjual atau membeli) terhadap saham atau obligasi, pilihan tersebut adalah persetujuan atau kontrak hak pemegang saham untuk membeli atau menjual saham dalam waktu tertentu.
3. Peranan Pasar Modal
Menurut Husnan (2001:4) beberapa peranan dari pasar modal adalah sebagai berikut:
a. Menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan.
b. Memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi resiko yang mereka inginkan.
Pasar modal memberikan kontribusi yang berarti di sektor keuangan dalam hal penghimpunan dana untuk pembangunan nasional. Meskipun secara absolut jumlah yang dihimpun melalui pasar modal masih lebih rendah bila dibandingkan dengan sektor perbankan, tetapi secara relatif, misalnya dari tahun 1993 hingga Oktober 1996, laju pertumbuhan mobilisasi dana melalui pasar modal menunjukkan peningkatan paling tinggi dibandingkan dengan pasar uang dan perbankan (Suta, 2000:381).
Menurut Sunariyah (2000:7) peranan pasar modal pada suatu negara dapat dilihat dari lima aspek, yaitu
a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan kemudahan dalam melakukan transakasi sehingga kedua belah pihak dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan penjual bertemu secara tidak langsung).
b. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para investor untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Jadi, pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan (emiten) untuk memuaskan para investor melalui kebijakan deviden dan stabilitas harga sekuritas yang relatif normal.
c. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki tersebut setiap saat.
d. Pasar modal dapat menciptakan partisipasi masyarakat dalam perkembangan perekonomian. Masyarakat umum mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka. Selain menabung, mereka dapat melakukan investasi melalui pasar modal, yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan publik.
e. Pasar modal dapat mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Bagi para investor, keputusan investasi harus didasarkan pada adanya informasi yang akurat dan dipercaya. Pasar modal dapat menyediakan kebutuhan terhadap informasi bagi para investor secara lengkap, yang apabila hal tersebut harus dicari sendiri akan membutuhkan biaya yang sangat mahal.
C. Pemecahan Saham (Stock Split)
1. Pengertian Stock split
Stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar saham yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional (Halim, 2003:92). Menurut Darmadji & Fakhruddin (2001:131) “stock split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil”. Menurut Halim (2003:92) dengan stock split pemegang saham harus menukarkan sahamnya dengan saham baru yang memiliki nilai nominal lebih rendah. Sebab setelah batas waktu penukaran terlampaui maka saham nilai nominal lama tidak bisa diperdagangkan di bursa.
2. Tujuan Stock Split
Darmajdi & Fakhruddin (2001:131) mengemukakan bahwa tujuan stock split adalah menjadikan perdagangan suatu saham menjadi lebih likuid karena jumlah saham yang beredar akan lebih banyak serta harganya menjadi lebih murah. Hal ini akan sangat efektif bila dilakukan terhadap saham-saham yang harganya tinggi. Sering saham tidak likuid disebabkan oleh harga saham yang terlalu mahal atau jumlah lembar saham yang terlalu sedikit.
Kurniawati (2003: 266) beberapa tujuan stock split adalah sebagai berikut:
a) Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan pada tingkat dimana individu dapat lebih banyak untuk bisa menginvestasikan dananya pada saham tersebut.
b) Untuk menyebarkan/ memperluas pemegang saham dengan meningkatkan jumlah sahal yang beredar dengan nilai pasar yang dapat dijangkau investor.
c) Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memberi kesempatan pada mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak sempurna setelah kegiatan stock split.
3. Manfaat stock split
Darmadji & Fakhruddin (2001:131) menyatakan bahwa manfaat stock split adalah membuat perdagangan saham menjadi lebih likuid dengan menurunkan harga saham. Hal ini akan sangat efektif dilakukan pada saham-saham yang harganya cukup tinggi.
Menurut Kurniawati (2003: 266) manfaat stock split antara lain adalah :
a. Harga saham yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar sehinga dapat merubah investor odd lot (investor yang membeli saham dibawah 500 lembar atau 1 lot) menjadi investor round lot yaitu investor yang membeli saham minimal 500 lembar.
b. Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi.
c. Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi lebih likuid.
d. Sinyal positif bagi pasar bahwa kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang baik.
4. Teori tentang Stock Split
Berbagai teori yang menjelaskan tentang motif pemecahan saham telah muncul dalam literatur pemecahan saham. Dua teori utama yang mendominasi literatur pemecahan saham adalah signaling theory dan trading range theory (Marwata, 2001:152).
a. Signaling theory
Signaling theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial. Manajemen yang memiliki informasi lebih (tentang prospek perusahaan) dibandingkan pihak luar (investor), akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya melalui pemecahan saham. Pemecahan saham memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan bagus saja yang mampu melaksanakannya. Jika kondisinya tidak bagus, maka perusahaan tidak akan melakukan pemecahan saham. Pasar akan merespon sinyal secara positif jika pemberi sinyal kredibel. Oleh karena itu perusahaan harus menunjukkan kredibilitasnya, salah satunya adalah dengan menunjukkan kinerja keuangan yang bagus. Pemecahan saham yang dilakukan perusahaan yang memiliki prospek yang bagus diyakini dapat memberikan sinyal di masa depan tentang adanya peningkatan return. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang (Bar-Josef dan Brown, 1977:1079) dalam Khomsiyah & Sulistyo (2001:390). Analis dalam hal ini pelaku pasar akan menangkap sinyal tersebut kemudian menggunakan untuk memprediksi peningkatan earning jangka panjang (Doran, 1994) dalam Marwata (2001:152).
b. Trading range theory
Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. Copeland dalam Khomsiyah & Sulistyo (2001:389) menyatakan bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham berkaitan dengan likuiditas perdagangan saham adalah “optimal range” harga saham. Alasan lainnya adalah bahwa pemecahan saham akan menciptakan pasar yang lebih luas. Mc Nichols dan Dravid (1990) dalam Marwata (2001:153) menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu. Dengan mengarahkan harga saham kepada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak pertisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Makin banyaknya partisipasi pasar akan meningkatkan likuiditas saham di bursa. Jadi, menurut trading range theory, perusahaan melakukan pemecahan saham karena memandang bahwa harga sahamnya terlalu tinggi. Dengan kata lain, harga saham yang terlalu tinggi merupakan pendorong bagi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham (Marwata, 2001:153).
D. Return Saham
1. Pengertian Return Saham
Return merupakan imbalan yang diperoleh investor dari investasi yang telah dilakukannya, return dibagi menjadi dua yaitu yang pertama return yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis, yang kedua return yang diharapkan (expected return) akan diperoleh investor di masa mendatang (Halim, 2003:23). Return saham merupakan tingkat kembalian dari investasi sekuritas saham yang merupakan indikator dari nilai perusahaan yang mengisyaratkan usahanya di pasar modal. Adapun rumus dari return saham adalah sebagai berikut:
(Pit - Pit-1 + Dit)
Rit =
Pit-1
Keterangan:
Rit = Tingkat keuntungan saham i pada periode t
Pit = Harga penutupan saham i pada periode t
Pit-1 = Harga penutupan saham i pada periode t-1
Dit = Deviden saham i pada periode t
(Jogiyanto, 2003:111).
2. Macam-macam Return
Menurut Jogianto (2003:109), return dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Return ekspektasi
Return ekspektasi merupakan return yang diestimasi atau yang diharapkan oleh investor, penghitungan return ekspektasi ini bisa didapatkan dengan beberapa model antara lain:
1) Mean-ajusted model, dimana model ini menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi.
2) Market model, dimana model ini terlebih dahulu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan selanjutnya menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela
3) Market-ajusted model, dimana model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut, return sekuritas yang diestimasi saat ini adalah sama dengan return indeks pasar.
b. Actual return (return realisasi)
Return realisasi merupakan return yang sesungguhnya dan sudah terjadi. Actual return dapat dihitung berdasarkan data historis dan dengan indikator sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:110):
Pit - Pit-1
Rit =
Pit-1
Dimana:
Rit = Return individual saham (i) pada hari t
Pit = Closing price (i) pada hari t
Pit-1 = Closing price (i) pada hari t-1
Return saham sangat dipengaruhi oleh harga saham yang bersangkutan, besarnya return ditentukan oleh besarnya deviden dan capital gain. Deviden adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham (Anoraga dan Pakarti, 2003:54). Menurut Darmadji & Fakhruddin (2001:9) deviden merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Menurut Halim (2003:30) capital gain adalah keuntungan bagi para investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual di atas harga beli yang keduanya terjadi di pasar sekunder. Sedangkan menurut Anoraga dan Pakarti (2001:54) capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa return dalam penelitian ini adalah tingkat keuntungan yang diperoleh investor atas suatu investasi yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Adapun return yang diteliti dalam penelitian ini adalah actual return perusahaan sampel. Indikator actual return yang digunakan adalah harga saham periode t dan t-1.
Dalam penelitian ini, return saham yang digunakan adalah capital gain dan tidak menggunakan unsur deviden. Hal ini didasarkan bahwa deviden dibagikan dalam setahun saat perusahaan memutuskan untuk membagikan deviden tersebut.
E. Trading Volume Activity (Aktivitas Volume Perdagangan)
Volume perdagangan saham adalah penjumlahan dari setiap transaksi yang terjadi di bursa saham pada waktu dan tempat tertentu. Volume perdagangan saham biasanya diukur dengan menggunakan TVA (trading volume activity), dimana TVA membandingkan antara jumlah saham yang di perdagangkan dalam satu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar dalam kurun waktu yang sama. Rumus dari trading volume activity atau TVA adalah sebagai berikut :
Number of share of firm i trading in time i
TVAi,t =
Number of share of firm i outstanding in time i
F. Hubungan Peristiwa Stock Splits dengan Actual Return
Jika melihat formula yang dikembangkan, bahwa actual return saham periode t didapatkan dari pengurangan harga saham periode t dengan harga saham periode t-1, kemudian hasilnya dibagi dengan harga saham periode t-1.
Akan terlihat bagaimana return realisasi dibentuk oleh selisih harga penutupan saham setelah peristiwa stock split dan sebelum stock split, asumsi yang dikembangkan bahwa stock split dapat meningkatkan likuiditas saham sehingga akan lebih bisa menarik investor yang selanjutnya akan meningkatkan permintaan sehingga harga keseluruhan saham akan meningkat setelah dilakukan stock split.
Dari berbagai penelitian, tidak ada yang menunjukkan bahwa peristiwa stock split memiliki hubungan yang saling mendukung. Beberapa teori juga mengatakan bahwa stock split merupakan kosmetika saham, di mana tidak memberikan keuntungan yang nyata (yield maupun capital gain) pada pemegang saham. Hal yang mungkin bisa dihubungkan adalah bahwa pemecahan saham memungkinkan trading volume activity meningkat, permintaan terhadap saham semakin tinggi dan nantinya diharapkan dapat meningkatkan harga saham.
G. Hubungan Peristiwa Stock Split dengan Trading Volume Activity (TVA)
Terdapat dua teori yang menjelaskan tentang motif pemecahan saham telah muncul dalam literatur pemecahan saham. Dua teori utama yang mendominasi literatur pemecahan saham adalah signaling thdory dan trading range theory (Marwata, 2001:152).
1. Signaling theory
Signaling theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial. Manajemen yang memiliki informasi lebih (tentang prospek perusahaan) akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya melalui pemecahan saham. Pemecahan saham memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan bagus saja yang mampu melaksanakannya, jika kondisinya tidak bagus maka perusahaan tidak akan melakukan pemecahan saham. Pasar akan merespon sinyal secara positif jika pemberi sinyal kredibel, di mana salah satu cara menunjukkan kredibilitas perusahaan adalah dengan menunjukkan kinerja keuangan yang bagus. Pemecahan saham yang dilakukan perusahaan yang memiliki prospek yang bagus diyakini memberikan sinyal di masa depan adanya peningkatan return. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang (Bar-Josef dan Brown, 1977:1079) dalam Khomsiyah & Sulistyo (2001:390).
2. Trading Range Theory
Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. Copeland dalam Khomsiyah & Sulistyo (2001:389) menyatakan bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham berkaitan dengan likuiditas perdagangan saham adalah “optimal range” harga saham. Alasan lainnya adalah bahwa pemecahan saham akan menciptakan pasar yang lebih luas. Mc Nichols dan Dravid (1990) dalam Marwata (2001:153) menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu. Dengan mengarahkan harga saham kepada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak pertisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Makin banyaknya partisipasi pasar akan meningkatkan likuiditas saham di bursa. Jadi menurut trading range theory, perusahaan melakukan pemecahan saham karena memandang bahwa harga sahamnya terlalu tinggi. Dengan kata lain, harga saham yang terlalu tinggi merupakan pendorong bagi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham (Marwata, 2001:153). Dengan demikian, secara teoritis kebijakan stock split yang dilakukan perusahaan akan mengakibatkan perubahan yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan atau penurunan return dan trading volume activity.
bab 3 di posting selanjutnya
Bagian 1
PERBEDAAN ACTUAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG LISTING DI BEI PERIODE 2005-2008
SKRIPSI
OLEH
EKO WIYONO
NIM 406413404436
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Artikel ini diterbitkan oleh penulis, pembaca dilarang mengcopy sebagian atau seluruh artikel, artikel ini dilindungi undang-undang karena merupakan karya akademik dan tercatat dalam data ilmiah universitas negeri malang
--------------------------------------------------------------(page)
PERBEDAAN ACTUAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG LISTING DI BEI PERIODE 2005-2008
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program Sarjana
Ekonomi
Oleh
Eko Wiyono
NIM 406413404436
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2010
------------------------------------------------------(page)
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Eko Wiyono
NIM : 406413404436
Jurusan/Program Studi : Manajemen/ S1
Fakultas/Program : Ekonomi
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri; bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 15 Desember 2010
Yang membuat pernyataan,
Eko Wiyono
---------------------------------------------------- (page)
ABSTRAK
Wiyono, Eko. 2010. Perbedaan Actual Return dan Trading Volume Activity antara Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Listing di BEI Periode 2005-2008. Skripsi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. H. Agung Winarno, M.M. (II) Drs. Gatot Isnani, M.Si.
Kata kunci: stock split, actual return, trading volume activity.
Informasi menjadi bagian yang sangat penting dalam pasar modal, informasi yang masuk pasar modal dapat menyebabkan reaksi pada pasar. Stock split dilakukan perusahaan untuk menyampaikan informasi tentang prospek perusahaan di masa datang, menurunkan harga saham dan meningkatkan likuiditas (TVA) saham. Ada dua pendapat mengenai stock split, pertama stock split murni hanya sebagai kosmetik, kedua stock split dinyatakan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap saham.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (I) mengetahui perkembangan actual return sebelum dan sesudah stock split, (2) mengetahui perkembangan trading volume activity sebelum dan sesudah stock split, (3) menguji apakah ada perbedaan actual return saham dan trading volume activity saham antara sebelum dan sesudah stock split.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan stock split di BEI periode 2005-2008, pengambilan sampel dilakukan dengan purpose sampling yang didapatkan 17 perusahaan sampel. Periode pengamatan dilakukan selama 10 hari dengan 5 hari sebelum stock split dan 5 hari sesudah stock split. Data yang digunakan adalah data sekunder antara lain data harga saham harian, jumlah saham yang diperdagangkan harian, dan jumlah saham beredar pada masing-masing perusahaan yang melakukan stock split periode 2005-2008.
Pengolahan data sebagian dilakukan menggunakan Microsoft Excel.Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorof Smirnof Goooness of Fit Test (K-S), uji hipotesis untuk data yang berdistribusi normal menggunakan Paired Sample T Test, sedangkan untuk data yang tidak berdistribusi normal menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test. Di mana uji statistik baik Kolmogorof Smirnof Goooness of Fit Test (K-S), Paired Sample T Test, dan Wilcoxon Signed Ranks Test tersedia dalam fasilitas program SPSS 13.0 dan SPSS 15.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan (1) perkembangan actual return saham mengalami penurunan setelah pelaksanaan stock split (2) perkembangan trading volume activity mengalami penurunan setelah pelaksanaan stock split (3) terdapat perbedaan actual return maupun trading volume activity yang signifikan antara sebelum dan sesudah stock split.
Hasil penelitian ini mendukung beberapa penelitian yang menyatakan bahwa kebijakan stock split adalah murni merupakan kosmetika saham dan tidak memberikan keuntungan yang nyata pada investor, seperti penelitian yang dilakukan oleh Marwata tahun 2001.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan (1) bagi perusahaan tidak perlu melakukan stock split jika harga saham tidak sangat tinggi karena justru menurunkan return saham dan trading volume activity saham, (2) bagi investor harap mempertimbangkan kembali mengambil kebijakan berdasarkan aktivitas stock split karena aktivitas itu lebih pada upaya pemolesan saham, (3) bagi penelitian selanjutnya harap memperpanjang periode pengamatan sampai beberapa tahun sebelum dan sesudah stock split agar diperoleh hasil penelitian yang berbeda.
--------------------------------------------------------------(page)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “perbedaan actual return dan trading volume activity antara sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang listing di BEI periode 2005-2008”.
Penyusunan skripsi ini merupakan bantuan dari banyak pihak yang tidak mungkin selesai tanpa bantuan mereka. Pada kesempatan terakhir kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, terutama kepada:
1. Allah SWT.
2. Bapak Dr. H. Agung Winarno, M.M., selaku pembimbing I yang dengan sabar ditengah kesibukan beliau masih memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Gatot Isnani, M.Si., selaku pembimbing II yang dengan sabar beliau masih bersedia menyempatkan waktu untuk membimbing penulis membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Mugianto, S.E, M.Si., selaku penguji yang memberikan saran pada perbaikan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto. M.Ed, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang yang selalu memberikan arahan akademik kepada penulis.
6. Ibu penulis yang tak kenal lelah selalu memberikan bantuan pada penulis.
7. Alm. Ayah penulis yang banyak memberi pelajaran pada penulis.
8. Adik-adik penulis yang selalu mendukung penulis.
9. Teman-teman Fakultas Ekonomi yang selalu membantu penulis.
Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan hidayah serta perlindungan kepada kita. Kiranya dalam penyusunan skripsi ini masih ada yang kurang sempurna, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik demi sempurnanya penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Malang, Desember 2010
Penulis
--------------------------------------------------------------(page)
Riwayat hidup (biar saya sendiri yg tahu, buat sedih saya nulis...)
--------------------------------------------------------------(page)
Skripsi oleh Eko Wiyono ini
telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.
Malang,
Pembimbing I
Dr. H. Agung Winarno, M.M
NIP. 196303142001121001
Malang,
Pembimbing II
Drs. H. Gatot Isnani, M.Si
NIP. 195402141980031005
--------------------------------------------(page)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK…………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………....... x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………................. 6
C. Tujuan Penelitian………………………………………….. 6
D. Hipotesis Penelitian…………………………………………….. 6
E. Kegunaan Penelitian………………………………................... 7
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian……………… 8
1. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………. 8
2. Keterbatasan Penelitian………………………………………. 9
G. Definisi Operasional…………………………………………. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Sebelumnya…………………………………………. 12
B. Pasar Modal……………………………………………………… 15
1. Pengertian Pasar Modal……………………………………… 15
2. Bentuk Pasar Modal………………………………………….. 16
3. Peranan Pasar Modal………………………………………… 18
C. Pemecahan Saham (Stock Split)………………………………… 20
1. Pengertian Stock Split................................................................. 20
2. Tujuan Stock Split……………………………………………… 20
3. Manfaat Stock Split…………………………………………… 21
4. Teori tentang Stock Split……………………………………… 22
D. Return Saham…………………………………………………... 24
1. Pengertian Return Saham…………………………………… 24
2. Macam-macam Return ……..………………………………. 25
E. Trading Volume Activity………………………………………… 27
F. Hubungan Peristiwa Stock Split dengan Actual Return..………… 27
G. Hubungan Stock Split dengan Trading Volume Activity (TVA)… 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………………………………………… 31
B. Rancangan Penelitian………………………………………… 31
C. Periode Pengamatan…………………………………………… 32
D. Populasi dan Sampel…………………………………………… 33
1. Populasi Penelitian…………………………………………… 33
2. Sampel Penelitian……………………………………………… 35
E. Instrumen Penelitian……………………………………………… 36
F. Pengumpulan Data…………………………………………….... 37
1. Sumber dan Jenis Data …………..….………………………… 37
2. Teknik Pengumpulan Data…………………………………..... 39
G. Analisis Data…………………………………………………… 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Subyek Penelitian………………………….. 45
1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia…………………… 45
2. Gambaran Umum Obyek Sampel…………………………… 47
B. Diskripsi Data………………………………………………….. 53
1. Return Saham……………………………………………….. &nsp; 53
2. Trading Volume Activity…………………………………….. 56
C. Pengujian Normalitas…………………………………………… 60
D. Hasil Pengujian Hipotesis………………………………………. 61
1. Pengujian Perbedaan Actual Return Saham Sebelum
dan Sesudah Stock Split………………………………………. 61
2. Pengujian Perbedaan Trading Volume Activity Saham
Sebelum dan Sesudah Stock Split……………………………… 62
BAB V PEMBAHASAN
A. Kondisi Actual Return Sebelum dan Sesudah stock split pada
Perusahaan yang Listing di BEI periode 2005-2008…………….. 64
B. Kondisi Trading Volume Activity Saham
Sebelum dan Sesudah stock split pada
Perusahaan yang Listing di BEI periode 2005-2008…………….. 67
C. Perbedaan Actual Return Sebelum dan Sesudah Stock Split pada
Perusahaan yang Listing di BEI periode 2005-2008…………….. 69
D. Perbedaan Trading Volume Activity
Sebelum dan Sesudah Stock Split pada
Perusahaan yang Listing di BEI periode 2005-2008…………….. &nbbsp; 71
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………. 73
B. Saran…………………………………………………………….. 73
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………… 74
------------------------------------------------(page)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Jabaran Variabel Penelitian………………………………….. 8
2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya………..……………………. 14
3.1 Daftar Nama Perusahaan yang Menjadi Populasi Penelitian… 34
3.2 Daftar Nama Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian….. 36
3.3 Instrumen Penelitian………………………………………….. 37
3.4 Jenis dan Sumber Data .……………………………………. 38
4.1 Rata-rata Return Saham Masing-masing Perusahaan Sampel
Sebelum dan Sesudah Stock Split……………………………… 54
4.2 Hasil Perhitungan Rata-rata Return Saham Sebelum dan
Sesudah Stock Split……………………………………………. 55
4.3 Rata-rata Trading Volume Activity Saham Masing-masing
Perusahaan Sampel Sebelum dan Sesudah Stock Split………... 57
4.4 Hasil Perhitungan Rata-rata Trading Volume Activity Saham
Sebelum dan Sesudah Stock Split Per Periode…….………….. 59
4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Variabel……………………... 61
4.6 Hasil Uji Beda Actual Return Sebelum dan Sesudah
Stock Split……………………………………………………… 62
4.7 Hasil Uji Beda Trading Volume Activity Sebelum dan
Sesudah Stock Split ………………………………………….. 63
-----------------------------------------------(page)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Rancangan Penelitian…………………………………........ 31
3.2 Periode Pengamatan Penelitian Penelitian………………… 32
4.1 Grafik Pergerakan Rata-rata Return Saham untuk 17
Perusahaan Sampel Sebelum dan Sesudah Stock Split…….. 56
4.2 Grafik Pergerakan Rata-rata Trading Volume Activity
Saham untuk 17 Perusahaan Sampel Sebelum
dan Sesudah Stock Split……………………………………. 59
-----------------------------------------------(page)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Harga Saham, Jumlah Saham Beredar dan Volume
Perdagangan Saham………………………………………….. 76
2. Daftar Actual Return dan Trading Volume Activity………….. 82
3. Rata-rata Actual Return dan Trading Volume Activity………. 88
4. Hasil Uji Normalitas Data menggunakan K-S………………. 89
5. Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Actual Return Sebelum dan
Sesudah Stock Split menggunakan Paired Sample T-Test…… 90
6. Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Trading Volume Activity
Sebelum dan Sesudah Stock Split menggunakan Peringkat
Tanda Wilcoxon……………………………………………… 91
----------------------------------------------------------(page)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam investasi dewasa ini, pasar modal merupakan pilihan investasi yang menguntungkan bagi investor karena tingkat pengembalian (return) yang baik yaitu dari pembayaran deviden dan kenaikan nilai sekuritas. Pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower atau pasar modal merupakan sarana penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana (lenders) dengan pihak yang membutuhkan dana (borrowers) (Husnan, 2001:4). Meskipun fungsi pasar modal memiliki beberapa kesamaan dengan fungsi lembaga intermediasi yang lain seperti perbankan, akan tetapi ada beberapa perbedaan sehingga pasar modal menjadi alternatif pilihan investasi, antara lain dalam pasar modal memperdagangkan dana jangka panjang dan dilakukan secara langsung, tanpa perantara keuangan (Husnan, 2001:4).
Sebagai tempat bertemunya lenders dan borrowers tentunya perdagangan (permintaan dan penawaran) merupakan aktivitas utama yang ada di pasar modal. Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran saham adalah tingkat harga saham. Bila saham dinilai terlalu tinggi oleh pasar, maka jumlah permintaanya akan berkurang. Sebaliknya, jika pasar menilai bahwa harga saham tersebut terlalu rendah maka jumlah permintaannya akan meningkat. Tingginya harga saham akan mengurangi kemampuan para investor untuk membeli saham tersebut.
Hukum permintaan dan penawaran kembali akan berlaku, dan sebagai
konsekuensinya, harga saham yang tinggi tersebut akan menurun sampai tercipta
posisi keseimbangan yang baru.
Perusahaan go public, dalam hal ini yang masuk telah masuk pasar modal/ bursa saham umumnya adalah perusahaan besar yang mempunyai tingkat kesehatan keuangan yang cukup baik, dan umumnya perusahaan yang masuk bursa bertujuan untuk lebih mengembangkan usahanya dengan kemudahan akses mendapatkan dana yang lebih baik. Perusahaan yang masuk bursa saham yang saham perusahaan tersebut dimiliki oleh banyak orang dan beredar di pasar, maka mutlak yang harus dijaga adalah harga saham itu sendiri dan likuiditas saham. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan sedangkan likuiditas saham mencerminkan kemudahan perusahaan untuk mendapatkan dana segar dengan menjual atau membeli sahamnya.
Harga saham suatu perusahaan pada tingkat tertentu dapat menjadi sangat tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh karena adanya kecenderungan bahwa peru-sahaan yang bersangkutan memiliki prospek yang baik di masa datang, sehingga saham yang ditawarkan pada publik oleh perusahaan yang bersangkutan memiliki harga yang tinggi. Bagi perusahaan adanya kenaikan harga saham tersebut dapat dinilai sebagai suatu kondisi yang menguntungkan, namun pada sisi lain para investor dituntut untuk mengeluarkan tambahan modal yang cukup besar untuk dapat melakukan investasi melalui pembelian saham perusahaan tersebut.
Kenaikan harga saham yang terlalu tinggi, akan menyebabkan permin-taan terhadap pembelian saham tersebut mengalami penurunan dan pada akhirnya dapat menyebabkan harga saham perusahaan tersebut menjadi statis tidak fluktuatif lagi. Penurunan permintaan tersebut dapat disebabkan karena tidak semua investor tertarik untuk membeli saham dengan harga yang terlalu tinggi, terutama investor perorangan yang memiliki dana terbatas, yang terjadi kemudian adalah para investor akan berbalik untuk membeli saham-saham perusahaan lain.
Untuk menghindari munculnya kondisi tersebut, maka upaya yang perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah menempatkan kembali harga saham pada jangkauan tertentu. Atau dengan kata lain perusahaan harus berusaha menurunkan harga saham pada kisaran harga yang menarik minat investor untuk membeli. Salah satu langkah yang dapat diambil perusahaan agar saham yang dijual dapat menarik minat investor yaitu melalui kegiatan stock split.
Menurut Darmadji & Fakhruddin (2001:131), stock split mempunyai tujuan agar perdagangan saham menjadi lebih likuid, karena jumlah saham yang beredar akan menjadi semakin banyak serta harganya menjadi lebih murah.
Stock split merupakan perubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split factor). Pemecahan saham tersebut tidak akan mengakibatkan perubahan jumlah modal dan tidak mempengaruhi aliran kas perusahaan (Khomsiyah & Sulistyo. 2001: 388). Stock split merupakan kosmetika saham yang dilakukan perusahaan sebagai upaya pemolesan saham agar saham lebih terlihat baik di mata investor meski tidak meningkatkan kemakmuran pemegang saham (Marwata, 2001:152).
Peristiwa stock split di pasar modal dilakukan oleh para manajer perusahaan untuk menata kembali harga pasar saham. Hal ini mengindikasikan bahwa stock split merupakan alat yang penting dalam praktik pasar modal.
“Stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional” (Halim, 2003:97).
Stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga perlembar saham adalah 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian total ekuitas perusahaan yang dimiliki perusahaan tetap atau tidak mengalami perubahan, dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis (Jogiyanto, 2003:415).
Menurut Darmadji & Fakhruddin (2001: 131) “stock split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi menjadi pecahan yang lebih kecil, misalnya dari Rp 1.000 per saham menjadi Rp 500 per saham”. Menurut Halim (2003:98), stock split tidak mengubah struktur modal perusahaan, melainkan akan mengubah jumlah lembar saham (bertambah) serta nilai nominalnya (berkurang).
Tujuan dilakukannya stock split oleh emiten adalah agar sahamnya berada dalam rentang perdagangan yang optimal sehingga distribusi saham menjadi lebih luas dan daya beli investor meningkat terutama untuk investor kecil. Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan, semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan sebaliknya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik, namun bila harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham sulit untuk meningkat lagi, dalam mengantisipasi hal tersebut banyak perusahaan yang melakukan stock split. Dengan harga saham yang tidak terlalu tinggi akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.
Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan perusahaan yang baik kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan kenyataannya bahwa perusahaan yang dapat melakukan kebijakan stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja baik, jika kinerja perusahaan tersebut buruk maka perusahaan tidak akan memiliki dana untuk melakukan stock split (Jogiyanto, 2003:419).
Tindakan stock split mengakibatkan jumlah saham yang beredar bertambah, sehingga para investor yang berhubungan dengan aktivitas tersebut dapat melakukan penyusunan kembali portofolio investasinya. Penyusunan kembali portofolio tidak terlepas dari pertimbangan resiko saham yang membentuk portofolio sehingga diharapkan akan diperoleh tingkat resiko yang lebih kecil dimana investor akan memilih investasi yang mempunyai resiko terkecil bila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat return sama.
Tingkat likuiditas saham dapat dilihat dari perubahan trading volume activity. Harga saham yang lebih rendah setelah melakukan stock split menyebabkan pertemuan antara harga penawaran dan harga permintaan saham relatif cukup besar. Hal ini mengakibatkan perbedaan antara besarnya harga penawaran dan harga permintaan saham (bid-ask spread) semakin kecil, Apabila bid-ask spread suatu saham lebih rendah maka hal tersebut akan mengindikasikan likuiditas sahamnya meningkat, tetapi apabila trading volume activity menurun maka akan mengindikasikan likuiditas sahamnya menurun. Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penelitian ini berusaha untuk menganalisis perbedaan actual return dan trading volume activity antara sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang listing di BEI periode 2005-2008
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan
yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan actual return perusahaan sebelum dan sesudah stock split.
2. Bagaimana perkembangan tradhng volume activity sebelum dan sesudah stock split.
3. Adakah perbedaan actual return dan trading volume activity antara sebelum dan sesudah stock split.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui perkembangan actual return sebelum dan sesudah stock split
2. Mengetahui perkembangan trading volume activity sebelum dan sesudah stock split
3. Menguji apakah ada perbedaan actual return saham dan trading volume activity saham antara sebelum dan sesudah stock split
D. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini berdasarkan pada dua teori yang menyebabkan perusahaan termotivasi melakukan stock split, yang pertama trading range theory yang berkaitan dengan alasan likuiditas, yaitu harga saham yang rendah akan menarik minat investor untuk membeli saham, teori yang kedua adalah signaling theory berkaitan dengan sinyal positif yang ingin diberikan oleh perusahaan mengenai kinerjanya, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan actual return sebelum dan setelah perusahaan melakukan stock split.
2. Terdapat perbedaan trading volume activity sebelum dan setelah perusahaan stock split.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak, antara lain:
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pasar modal dan aktifitas di dalam pasar modal.
2. Bagi praktisi atau investor pada pasar modal
Sebagai tambahan informasi bagi para pelaku bisnis di pasar modal berkaitan dengan keputusan investasi dan kebijakan pemecahan saham.
3. Bagi institusi pendidikan, lembaga penelitian dan penelitian selanjutnya
a. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya, menjadi acuan dan bahan referensi baik untuk keperluan penelitian atau referensi akademik.
b. Dapat memperkaya wawasan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang terkait dengan investasi di bursa saham.
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian berisi variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian, dapat juga dipaparkan mengenai penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya (Universitas Negeri Malang, 2000:13). Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah bidang menajemen keuangan yang difokuskan pada kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal ini adalah pemecahan saham (stock split) dengan variabel-variabel yang akan diteliti yaitu volume perdagangan saham, dan return saham. Adapun jabaran variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1 Jabaran Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator
1. Actual return a. Actual return sebelum stock split
b. Actual return sesudah stock split Harga penutupan saham periode t dikurangi harga penutupan saham periode t-1 kemudian dibagi harga penutupan saham periode t-1
Harga penutupan saham periode t dikurangi harga penutupan saham periode t-1 kemudian dibagi harga penutupan saham periode t-1
2. Trading volume activity a. Trading volume activity sebelum stock split
b. Trading volume activity sesudah stock split Jumlah saham yang ditransaksikan pada waktu t dibagi jumlah saham yang beredar pada waktu t
Jumlah saham yang ditransaksikan pada waktu t dibagi jumlah saham yang beredar pada waktu t
2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian tidak mutlak ada dalam skripsi. Namun keterbatasan sering diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk pada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian (Universitas Negeri Malang, 2000:13). Maka penelitian ini dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut:
a. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan melakukan kebijakan stock split pada periode 1 Januari 2005- 31 Desember 2008.
b. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian tersebut hanya melakukan kebijakan stock split sebanyak satu kali dalam periode pengamatan dan tidak melakukan corporate action lainnya seperti reserve stock, warrant, right issue, stock deviden atau kebijakan lainnya yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
c. Selama periode pengamatan peristiwa selain stock split, baik secara makro (seperti tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar mata uang) maupun mikro (seperti peristiwa pemogokan karyawan, kenaikan kapasitas produksi dan kasus-kasus yang mengakibatkan kinerja perusahaan menurun) diabaikan.
d. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian tersebut mempunyai kelengkapan data yang memadai, yang dibutuhkan dalam proses analisis data penelitian.
e. Periode yang digunakan dalam penelitian adalah periode jendela (window period) selama 10 hari, yang terdiri dari 5 hari sebelum peristiwa stock split (pre event), dan 5 hari sesudah tanggal peristiwa stock split (post event).
G. Definisi Operasional
Definisi operasional diperlukan guna mempermudah pembaca untuk memahami istilah-istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Actual return
Merupakan keuntungan yang sesungguhnya terjadi atau keuntungan yang telah terjadi, yang merupakan perbandingan dari harga saham pada saat t (Pi,t) dikurangi harga saham pada saat t-1 (Pi,t-1) ditambah dengan deviden pada saat t, kemudian dibagi dengan harga saham pada saat t-1 (Pi,t-1). Adapun rumus dari actual return adalah sebagai berikut:
Ri,t = (Pi,t) - (Pi,t-1) + Dt
(Pi,t-1)
(Jogiyanto, 2003:111)
2. Trading volume activity
Merupakan penjumlahan dari setiap transaksi yang terjadi di bursa saham pada waktu dan tempat tertentu. TVA membandingkan antara jumlah saham yang diperdagangkan dalam satu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar dalam kurun waktu yang sama. Rumus dari trading volume activity atau TVA adalah sebagai berikut :
TVAi,t = Number of share of firm i trading in time i
Number of share of firm i outstanding in time i
(Muazaroh & Iramani, 2006:50)
3. Stock split
Adalah pemecahan saham ke dalam nominal yang lebih kecil pada saham sejenis dan range tertentu, atau perubahan jumlah saham yang beredar dengan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor yang telah ditentukan yaitu dengan memecah selembar saham menjadi n lembar saham.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Sebelumnya
Stock split merupakan pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar saham yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional (Halim, 2003:92). Menurut Darmadji & Fakhruddin (2001:131) “stock split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil”. Menurut Halim (2003:92) dengan stock split pemegang saham harus menukarkan sahamnya dengan saham baru yang memiliki nilai nominal yang lebih rendah. Sebab setelah batas waktu penukaran terlampaui maka saham nilai nominal lama tidak bisa diperdagangkan di bursa.
Kurniawati (2003) mengadakan penelitian yang berjudul “Analisis Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham: Studi Empiris pada Non-Synchronous Trading” dengan variabel yang diteliti meliputi kandungan informasi saham yang diukur dengan abnormal return, dan likuiditas saham yang diukur dengan resiko sistematis (beta), bid-ask spread, dan volume perdagangan saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan informasi stock split menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap abnormal return dan dari pengujian likuiditas saham hanya beta saja yang memiliki perbedaan yang signifikan, sedangkan volume perdagangan dan bid-ask spread meskipun berbeda tetapi tidak signifikan.
Wang Sutrisno, dkk (2000) melakukan penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap likuiditas dan return saham di Bursa Efek Jakarta. Sampel terdiri dari 15 perusahaan yang melakukan stock split tahun 1995-1997. Dengan menggunakan Paired Sample T-Test hasil penelitian ini menunjukkan harga saham, volume perdagangan dan bid ask spread menunjukkan perbedaan yang signifikan sedangkan varians dan return tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dari hasil uji regresi berganda hasil penelitian ini menunjukkan harga, volume perdagangan dan varians tidak berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread sebelum dan sesudah stock split.
Akmila, F & Kusuma (2003) melakukan penelitian dengan judul The Effect of Stock Splits on The Stock Liquidity. Penelitian ini mengukur likuiditas saham dengan menggunakan harga saham, trading volume activity dan bid-ask spread dan kemudian mengukur pengaruh harga saham dan trading volume activity terhadap bid-ask spread. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 50 perusahaan sampel yang listing di BEJ pada tahun 1995-1999. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: apakah pengumuman stock split berpengaruh terhadap harga saham, trading volume activity dan bid-ask spread. Penelitian ini menyimpulkan likuiditas saham menurun setelah stock split, harga saham dan trading volume activity berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya
Nama Peneliti Judul Analisis Data Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Sebelumnya
Wang Sutrisno. Dkk. (2000) Pengeruh Stock Split terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta -Paired sample t-tes.
-Regresi berganda -Harga saham, volume perdagangan dan bid ask spread menunjukkan perbedaan yang signifikan sedangkan varians dan return tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
-Harga, volume perdagangan, dan varians tidak berpengaruh signifikan terhadap bid ask spread
Tahun dan Sampel Penelitian,
Analisis Data
Akmila, F. dan Hadri, K. (2003) The Effect of Stock Splits on The Stock Liquidity -Paired sample t-tes.
-Regresi berganda Likuiditas saham menurun setelah stock split Variabel Penelitian, Tahun dan Sampel Penelitian, Analisis Data
Kurniawati, I. (2003) Analisis Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham : Studi Empiris pada Non-Synchronous Trading -Paired sample t-tes.
Abnormal Return pada saat sebelum dan sesudah stock split tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5%
Volume perdagangan diperoleh probabilitas value lebih besar dari tingkat signifikasi 5% (0,052) sehingga disimpulkan terdapat perbedaan volume perdagangan tetapi tidak signifikan pada saat sebelum dan setelah stock split. Terdapat perbedaan bid ask spread tetapi tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan likuiditas saham setelah stock split Variabel Penelitian, Tahun dan Sampel Penelitian, Analisis Data
B. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta, pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pada pasar keuangan. (Husnan, 2001:3)
Pasar modal merupakan tempat bagi pelaku pasar, yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus found) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, perusahaan yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal.
Menurut Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 ayat 13 menyatakan bahwa pasar modal adalah “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan efek yang berkaitan dengan efek”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal sebagai wahana penyaluran dana melalui penawaran umum dan perdagangan efek. Selain itu pasar modal adalah sistem untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut.
2. Bentuk Pasar Modal
Pasar modal berdasarkan tempat transaksi dan proses penyelenggaraan transaksi dibedakan menjadi:
a. Berdasarkan tempat kejadian transaksi:
1) Pasar perdana (primary market)
Merupakan penawaran saham dari emiten kepada investor selama waktu yang telah ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. harga saham di pasar ini ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang menerbitkan saham (emiten).
2) Pasar sekunder (secondary market)
Merupakan perdagangan saham setelah melewati penawaran di pasar perdana. Jadi pasar sekunder merupakan pasar dimana saham dan sekuritas lainnya diperjualbelikan secara luas setelah melalui pasar penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh pemerintah dan penawaran antara pembeli dan penjual menurut mekanisme pasar.
3) Pasar ketiga (third market)
Merupakan tempat perdagangan saham di luar bursa (over the counter market). Di Indonesia pasar ini disebut pasar pararel yang diatur dan diselenggarakan oleh Perserikaan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE), diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
4) Pasar keempat (fourth market)
Merupakan suatu bentuk perdagangan efek antar investor, berupa pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek atau lembaga lainnya.
b. Berdasarkan Proses Transaksi
1) Pasar spot
Merupakan pasar keuangan yang memperdagangkan sekuritas untuk diserahkan secara langsung artinya jika seseorang membeli suatu jasa-jasa finansial maka pada saat itu juga akan menerima juga yang dibeli.
2) Pasar future atau forward.
Merupakan pasar keuangan yang menyerahkan sekuritas dilakukan pada waktu yang akan datang sesuai dengan kesepakatan.
3) Pasar opsi
Merupakan pasar keuangan yang memperdagangkan hak untuk menentukan pilihan (menjual atau membeli) terhadap saham atau obligasi, pilihan tersebut adalah persetujuan atau kontrak hak pemegang saham untuk membeli atau menjual saham dalam waktu tertentu.
3. Peranan Pasar Modal
Menurut Husnan (2001:4) beberapa peranan dari pasar modal adalah sebagai berikut:
a. Menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan.
b. Memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi resiko yang mereka inginkan.
Pasar modal memberikan kontribusi yang berarti di sektor keuangan dalam hal penghimpunan dana untuk pembangunan nasional. Meskipun secara absolut jumlah yang dihimpun melalui pasar modal masih lebih rendah bila dibandingkan dengan sektor perbankan, tetapi secara relatif, misalnya dari tahun 1993 hingga Oktober 1996, laju pertumbuhan mobilisasi dana melalui pasar modal menunjukkan peningkatan paling tinggi dibandingkan dengan pasar uang dan perbankan (Suta, 2000:381).
Menurut Sunariyah (2000:7) peranan pasar modal pada suatu negara dapat dilihat dari lima aspek, yaitu
a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan kemudahan dalam melakukan transakasi sehingga kedua belah pihak dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan penjual bertemu secara tidak langsung).
b. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para investor untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Jadi, pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan (emiten) untuk memuaskan para investor melalui kebijakan deviden dan stabilitas harga sekuritas yang relatif normal.
c. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki tersebut setiap saat.
d. Pasar modal dapat menciptakan partisipasi masyarakat dalam perkembangan perekonomian. Masyarakat umum mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka. Selain menabung, mereka dapat melakukan investasi melalui pasar modal, yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan publik.
e. Pasar modal dapat mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Bagi para investor, keputusan investasi harus didasarkan pada adanya informasi yang akurat dan dipercaya. Pasar modal dapat menyediakan kebutuhan terhadap informasi bagi para investor secara lengkap, yang apabila hal tersebut harus dicari sendiri akan membutuhkan biaya yang sangat mahal.
C. Pemecahan Saham (Stock Split)
1. Pengertian Stock split
Stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar saham yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional (Halim, 2003:92). Menurut Darmadji & Fakhruddin (2001:131) “stock split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil”. Menurut Halim (2003:92) dengan stock split pemegang saham harus menukarkan sahamnya dengan saham baru yang memiliki nilai nominal lebih rendah. Sebab setelah batas waktu penukaran terlampaui maka saham nilai nominal lama tidak bisa diperdagangkan di bursa.
2. Tujuan Stock Split
Darmajdi & Fakhruddin (2001:131) mengemukakan bahwa tujuan stock split adalah menjadikan perdagangan suatu saham menjadi lebih likuid karena jumlah saham yang beredar akan lebih banyak serta harganya menjadi lebih murah. Hal ini akan sangat efektif bila dilakukan terhadap saham-saham yang harganya tinggi. Sering saham tidak likuid disebabkan oleh harga saham yang terlalu mahal atau jumlah lembar saham yang terlalu sedikit.
Kurniawati (2003: 266) beberapa tujuan stock split adalah sebagai berikut:
a) Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan pada tingkat dimana individu dapat lebih banyak untuk bisa menginvestasikan dananya pada saham tersebut.
b) Untuk menyebarkan/ memperluas pemegang saham dengan meningkatkan jumlah sahal yang beredar dengan nilai pasar yang dapat dijangkau investor.
c) Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memberi kesempatan pada mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak sempurna setelah kegiatan stock split.
3. Manfaat stock split
Darmadji & Fakhruddin (2001:131) menyatakan bahwa manfaat stock split adalah membuat perdagangan saham menjadi lebih likuid dengan menurunkan harga saham. Hal ini akan sangat efektif dilakukan pada saham-saham yang harganya cukup tinggi.
Menurut Kurniawati (2003: 266) manfaat stock split antara lain adalah :
a. Harga saham yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar sehinga dapat merubah investor odd lot (investor yang membeli saham dibawah 500 lembar atau 1 lot) menjadi investor round lot yaitu investor yang membeli saham minimal 500 lembar.
b. Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi.
c. Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi lebih likuid.
d. Sinyal positif bagi pasar bahwa kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang baik.
4. Teori tentang Stock Split
Berbagai teori yang menjelaskan tentang motif pemecahan saham telah muncul dalam literatur pemecahan saham. Dua teori utama yang mendominasi literatur pemecahan saham adalah signaling theory dan trading range theory (Marwata, 2001:152).
a. Signaling theory
Signaling theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial. Manajemen yang memiliki informasi lebih (tentang prospek perusahaan) dibandingkan pihak luar (investor), akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya melalui pemecahan saham. Pemecahan saham memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan bagus saja yang mampu melaksanakannya. Jika kondisinya tidak bagus, maka perusahaan tidak akan melakukan pemecahan saham. Pasar akan merespon sinyal secara positif jika pemberi sinyal kredibel. Oleh karena itu perusahaan harus menunjukkan kredibilitasnya, salah satunya adalah dengan menunjukkan kinerja keuangan yang bagus. Pemecahan saham yang dilakukan perusahaan yang memiliki prospek yang bagus diyakini dapat memberikan sinyal di masa depan tentang adanya peningkatan return. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang (Bar-Josef dan Brown, 1977:1079) dalam Khomsiyah & Sulistyo (2001:390). Analis dalam hal ini pelaku pasar akan menangkap sinyal tersebut kemudian menggunakan untuk memprediksi peningkatan earning jangka panjang (Doran, 1994) dalam Marwata (2001:152).
b. Trading range theory
Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. Copeland dalam Khomsiyah & Sulistyo (2001:389) menyatakan bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham berkaitan dengan likuiditas perdagangan saham adalah “optimal range” harga saham. Alasan lainnya adalah bahwa pemecahan saham akan menciptakan pasar yang lebih luas. Mc Nichols dan Dravid (1990) dalam Marwata (2001:153) menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu. Dengan mengarahkan harga saham kepada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak pertisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Makin banyaknya partisipasi pasar akan meningkatkan likuiditas saham di bursa. Jadi, menurut trading range theory, perusahaan melakukan pemecahan saham karena memandang bahwa harga sahamnya terlalu tinggi. Dengan kata lain, harga saham yang terlalu tinggi merupakan pendorong bagi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham (Marwata, 2001:153).
D. Return Saham
1. Pengertian Return Saham
Return merupakan imbalan yang diperoleh investor dari investasi yang telah dilakukannya, return dibagi menjadi dua yaitu yang pertama return yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis, yang kedua return yang diharapkan (expected return) akan diperoleh investor di masa mendatang (Halim, 2003:23). Return saham merupakan tingkat kembalian dari investasi sekuritas saham yang merupakan indikator dari nilai perusahaan yang mengisyaratkan usahanya di pasar modal. Adapun rumus dari return saham adalah sebagai berikut:
(Pit - Pit-1 + Dit)
Rit =
Pit-1
Keterangan:
Rit = Tingkat keuntungan saham i pada periode t
Pit = Harga penutupan saham i pada periode t
Pit-1 = Harga penutupan saham i pada periode t-1
Dit = Deviden saham i pada periode t
(Jogiyanto, 2003:111).
2. Macam-macam Return
Menurut Jogianto (2003:109), return dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Return ekspektasi
Return ekspektasi merupakan return yang diestimasi atau yang diharapkan oleh investor, penghitungan return ekspektasi ini bisa didapatkan dengan beberapa model antara lain:
1) Mean-ajusted model, dimana model ini menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi.
2) Market model, dimana model ini terlebih dahulu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan selanjutnya menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela
3) Market-ajusted model, dimana model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut, return sekuritas yang diestimasi saat ini adalah sama dengan return indeks pasar.
b. Actual return (return realisasi)
Return realisasi merupakan return yang sesungguhnya dan sudah terjadi. Actual return dapat dihitung berdasarkan data historis dan dengan indikator sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:110):
Pit - Pit-1
Rit =
Pit-1
Dimana:
Rit = Return individual saham (i) pada hari t
Pit = Closing price (i) pada hari t
Pit-1 = Closing price (i) pada hari t-1
Return saham sangat dipengaruhi oleh harga saham yang bersangkutan, besarnya return ditentukan oleh besarnya deviden dan capital gain. Deviden adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham (Anoraga dan Pakarti, 2003:54). Menurut Darmadji & Fakhruddin (2001:9) deviden merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Menurut Halim (2003:30) capital gain adalah keuntungan bagi para investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual di atas harga beli yang keduanya terjadi di pasar sekunder. Sedangkan menurut Anoraga dan Pakarti (2001:54) capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa return dalam penelitian ini adalah tingkat keuntungan yang diperoleh investor atas suatu investasi yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Adapun return yang diteliti dalam penelitian ini adalah actual return perusahaan sampel. Indikator actual return yang digunakan adalah harga saham periode t dan t-1.
Dalam penelitian ini, return saham yang digunakan adalah capital gain dan tidak menggunakan unsur deviden. Hal ini didasarkan bahwa deviden dibagikan dalam setahun saat perusahaan memutuskan untuk membagikan deviden tersebut.
E. Trading Volume Activity (Aktivitas Volume Perdagangan)
Volume perdagangan saham adalah penjumlahan dari setiap transaksi yang terjadi di bursa saham pada waktu dan tempat tertentu. Volume perdagangan saham biasanya diukur dengan menggunakan TVA (trading volume activity), dimana TVA membandingkan antara jumlah saham yang di perdagangkan dalam satu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar dalam kurun waktu yang sama. Rumus dari trading volume activity atau TVA adalah sebagai berikut :
Number of share of firm i trading in time i
TVAi,t =
Number of share of firm i outstanding in time i
F. Hubungan Peristiwa Stock Splits dengan Actual Return
Jika melihat formula yang dikembangkan, bahwa actual return saham periode t didapatkan dari pengurangan harga saham periode t dengan harga saham periode t-1, kemudian hasilnya dibagi dengan harga saham periode t-1.
Akan terlihat bagaimana return realisasi dibentuk oleh selisih harga penutupan saham setelah peristiwa stock split dan sebelum stock split, asumsi yang dikembangkan bahwa stock split dapat meningkatkan likuiditas saham sehingga akan lebih bisa menarik investor yang selanjutnya akan meningkatkan permintaan sehingga harga keseluruhan saham akan meningkat setelah dilakukan stock split.
Dari berbagai penelitian, tidak ada yang menunjukkan bahwa peristiwa stock split memiliki hubungan yang saling mendukung. Beberapa teori juga mengatakan bahwa stock split merupakan kosmetika saham, di mana tidak memberikan keuntungan yang nyata (yield maupun capital gain) pada pemegang saham. Hal yang mungkin bisa dihubungkan adalah bahwa pemecahan saham memungkinkan trading volume activity meningkat, permintaan terhadap saham semakin tinggi dan nantinya diharapkan dapat meningkatkan harga saham.
G. Hubungan Peristiwa Stock Split dengan Trading Volume Activity (TVA)
Terdapat dua teori yang menjelaskan tentang motif pemecahan saham telah muncul dalam literatur pemecahan saham. Dua teori utama yang mendominasi literatur pemecahan saham adalah signaling thdory dan trading range theory (Marwata, 2001:152).
1. Signaling theory
Signaling theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial. Manajemen yang memiliki informasi lebih (tentang prospek perusahaan) akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya melalui pemecahan saham. Pemecahan saham memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan bagus saja yang mampu melaksanakannya, jika kondisinya tidak bagus maka perusahaan tidak akan melakukan pemecahan saham. Pasar akan merespon sinyal secara positif jika pemberi sinyal kredibel, di mana salah satu cara menunjukkan kredibilitas perusahaan adalah dengan menunjukkan kinerja keuangan yang bagus. Pemecahan saham yang dilakukan perusahaan yang memiliki prospek yang bagus diyakini memberikan sinyal di masa depan adanya peningkatan return. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang (Bar-Josef dan Brown, 1977:1079) dalam Khomsiyah & Sulistyo (2001:390).
2. Trading Range Theory
Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. Copeland dalam Khomsiyah & Sulistyo (2001:389) menyatakan bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham berkaitan dengan likuiditas perdagangan saham adalah “optimal range” harga saham. Alasan lainnya adalah bahwa pemecahan saham akan menciptakan pasar yang lebih luas. Mc Nichols dan Dravid (1990) dalam Marwata (2001:153) menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu. Dengan mengarahkan harga saham kepada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak pertisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Makin banyaknya partisipasi pasar akan meningkatkan likuiditas saham di bursa. Jadi menurut trading range theory, perusahaan melakukan pemecahan saham karena memandang bahwa harga sahamnya terlalu tinggi. Dengan kata lain, harga saham yang terlalu tinggi merupakan pendorong bagi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham (Marwata, 2001:153). Dengan demikian, secara teoritis kebijakan stock split yang dilakukan perusahaan akan mengakibatkan perubahan yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan atau penurunan return dan trading volume activity.
bab 3 di posting selanjutnya
Boleh minta dapus untuk rumus TVA ny gak?
ReplyDeleteada di artikel berikutnya mas,,, ini saya post 2 artikel soalnya terlalu panjang gak bs kalau jadi 1 artikel..
Deleteini linknya :
https://tipsmobilbaru.blogspot.com/2012/11/perbedaan-actual-return-dan-trading_5632.html
bisa kontak saya di FB, silahkan dicari dengan nama pencarian "eko malang" di FB (Foto profil perahu/ sampan), nanti sy berikan yang mbak butuhkan.. data masih tersimpan di komputer saya bentuk word yang lebih lengkap...
Deletekarena di post ini artikel gak bisa diupload sepenuhnya karena keterbatasan blog ini... trims
bisa juga kontak email: ekowiyono.malang@gmail.com